Putri Al-shira Diana membaca Kumcer Batu Serampok karya Tita Tjindarbumi. |
Direktur Pustaka Labrak Udo Z Karzi
mengatakan, Batu Serampok adalah kumpulan cerpen Tita Tjindarbumi, penulis asal
Lampung yang kini tinggal di Surabaya. Sedangkan Mencari Jejak Masa Lalu Lampung merupakan sehimpun artikel Frieda
Amran yang dimuat di rubrik Lampung Tumbai, Lampung
Post Minggu tahun 2014.
Buku Mencari Jejak Masa Lalu Lampung: Lampung Tumbai 2014 karya Frieda Amran (Pustaka LaBRAK, Bandar Lampung, 2016). |
Penulis Batu
Serampok, Tita Tjindarbumi menyatakan kegembiraannya dengan terbitnya buku
kumpulan cerpen perdananya ini. “Dengan kumpulan cerpen ini, saya merasa
kembali ke dunia saya. Ini yang membuat hati saya bersorak gembira. Menulis
cerpen bagi saya adalah rekreasi. Bertualang dari tokoh ke tokoh. Membayangkan setting lokasi yang indah dan tentu
punya banyak cerita,” ujarnya.
Tita
mengaku kehadiran buku ini seperti simbol pulang kampung baginya. “Seperti kata
Udo (Udo Z Karzi) beberapa tahun lalu, jika penulisnya belum bisa pulang
kampung, setidaknya karyanya pulang kampung. Dan, cerpen-cerpen di buku ini
semua telah dimuat di Lampung Post
dan Fajar Sumatera, yang terbit di
Bandarlampung,” ucapnya lagi.
Mengomentari
buku kumpulan cerpen ini, paus sastra Lampung Isbedy Stiawan ZS mengatakan, TitaTjindarbumi
bukan nama asing dalam percaturan cerpen di Indonesia,
"jebolan" Anita Cemerlang
ini sampai sekarang masih setia dengan dunia "mimpi"-nya.
“Bagi perempuan cerpenis asal Lampung
dan menetap di Surabaya ini, pulang adalah kunci bagi menghimpun
kenangan-kenangan (dan kerinduan) yang pernah tercecer semasa kanak-kanak. Di
dalam kumpulan cerpennya ini, terkuak hal-hal yang saya terangkan itu, seperti
cerpen yang memimpin cerita-cerita lainnya; Batu
Serampok,” kata Isbedy.
Sebagai perempuan, kata Isbedy, Tita
juga mengedepankan ihwal gender. Sejumlah cerita yang membicarakan lelaki
terhimpun di sini, di samping dunia keperempuanan itu sendiri. “Tentu sangat
menarik, dan patut dibaca dan dihargai. Inilah perempuan cerpenis semasa remaja
di Jalan Raden Intan Gang Tjindarbumi, Bandar Lampung.“
Lampung
Tumbai
Sedangkan Frieda Amran mengatakan buku
Mencari Jejak Masa Lalu Lampung yang ditulisnya merupakan kumpulan artikel yang
diterbitkan di dalam rubrik ‘Lampung Tumbai’ di harian Lampung Post selama tahun 2014. “Artikel-artikel itu ditulis
berdasarkan tulisan-tulisan para ilmuwan, pegawai pemerintahan Hindia-Belanda
dan penjelajah Inggris dan Belanda di abad ke-19 mengenai Lampung. Sebagian
besar artikel itu ditulis dalam bahasa Belanda kuno. Hanya satu artikel (dari
tangan Kapt. Jackson) yang ditulis dalam bahasa Inggris,” kata dia.
Ia
menegaskan artikel-artikel ‘Lampung Tumbai’ bukanlah merupakan terjemahan. Struktur kalimat dan gaya tulis bahasa Belanda
kuno teramat panjang dan berbelit-belit. Untuk pembaca awam di masa kini,
struktur dan gaya bahasa demikian akan
sangat membosankan. Karena itu ia menulis ulang sumber-sumber tulisan itu
dengan gaya penuturannya sendiri.
Peneliti di Pusat Penelitian
Sumberdaya Regional, LIPI Erwiza Erman dalam pengantarnya di buku ini
mengatakan, buku Mencari Jejak Masa Lalu
Lampung cukup penting secara keilmuan bagi orang Lampung dan para peminat
sejarah.
Persoalan bahasa menjadi kendala
utama yang mematahkan semangat mahasiswa dan peneliti untuk tidak menggunakan
pendekatan sejarah yang memanfaatkan sumber-sumber tertulis berbahasa Belanda.
“Ini ide cemerlang seorang antropolog yang menyejarah, Frieda Amran. Sebagai
seorang yang pernah menjadi mahasiswa Pascasarjana Jurusan Antropologi di
Universitas Leiden, pernah menggunakan pendekatan sejarah untuk objek studinya
di bidang Antropologi dan tinggal di negeri Belanda, ia memahami betul keterbatasan-keterbatasan tersebut,”
ujar Erwiza.
Menurut sejarawan ini, sumber-sumber
tertulis tentang Lampung begitu kaya dan tampaknya belum diolah dengan baik. “Misalnya
saja informasi mengenai mitos dan asal-usul nama Lampung dan orang Lampung.
Sumber-sumber informasi untuk satu tema ini saja dapat membangkitkan
pertanyaan-pertanyaan kritis tidak saja tentang asal-usul dan mitosnya, tetapi
juga mengenai sejarah pembentukan marga, suku, kampung dan persebarannya dalam pola geografi yang berbeda, di
pedalaman dan di pantai.”
Pertanyaan-pertanyaan lanjut, kata
dia, misalnya tentang sejarah pembentukan kampung, sejarah demografi Lampung,
termasuk pola migrasi dari satu periode ke periode lain. Lampung adalah wilayah
transmigran Jawa yang telah dirancang Belanda pada awal abad ke-20.
Sumber: Fajar Sumatera, Jumat, 8
Januari 2016 22
Selamat Siang,
BalasHapussaya berniat sekali memiliki buku ini. bagaimana cara mendapatkannya. mohon info. terima kasih.