Selasa, 12 Januari 2016

Batu Serampok

Judul: Batu Serampok
Penerbit: Pustaka LaBRAK, Bandar Lampung
Cetakan: I, Oktober 2015
Tebal: ix + 135 hlm
ISBN: 978-602-9673-1-5-9


Lama tak membaca cerpen-cerpen Tita, tiba-tiba buku ini hadir menunjukkan bahwa dia masih aktif dan kreatif mengolah kata. Bagi penggemarnya, ini tentu saja sangat ditunggu. Kepekaannya menangkap masalah yang terjadi pada perempuan – tema yang disukainya--bisa menjadi renungan.
~ Farick Ziat, penulis dan editor


Pada dunia yang menua ini, adakah lagi sesuatu yang baru di bawah matahari?  Segala hal telah  menjadi vintage bahkan didaur ulang berkali-kali. Tapi bagi seorang perajut, Tita Tjindarbumi, cerita hidup yang lawas itu justru menjelma 'benang hidup', dengan pengolahan sederhana cerita-cerita pendek ini seolah menjadi kaca benggala bagi pembaca untuk melihat diri sendiri dan dunia hari ini.
~ Sanie B Kuncoro, menulis novel Garis Perempuan,  Mayan, Memilikimu


Keping-keping realitas dengan tokoh yang hampir selalu disudutkan pada luka cinta, itulah kehidupan yang dipaparkan Tita dalam cerpen-cerpennya. Pengalaman sebagai jurnalis memberikan pilihan untuk tidak memanjakan fantasi.
~ Kurnia Effendi, penulis novel, cerpenis

Tita Tjindarbumi bukan penulis ingusan, bukan penulis kacangan. Cerpen-cerpennya penuh dengan realita hidup yang sering pahit tetapi pada saat yang sama membuat kita merenung dalam-dalam, atau bahkan menertawakan hidup. Tulisan Tita tulus, penuh gairah yang berkobar, cinta yang membakar.
~Tina K, penulis

Dengan cerpennya, Tita Tjindarbumi mengonkretkan pengalaman perempuan. Antologi Batu Serampok mengusung perspektif seorang perempuan untuk mempertontonkan dunia yang kaya emosi, yang hanya bisa dibayangkan oleh kaum laki-laki. Membaca Batu Serampok adalah mengutuhkan penghayatan atas segenap keberadaan kita sebagai manusia.
~ Kahfie Nazaruddin, dosen sastra Universitas Lampung

TitaTjindarbumi bukan  nama asing dalam percaturan cerpen di Indonesia, "jebolan" Anita Cemerlang ini sampai sekarang masih setia dengan dunia "mimpi"-nya. Dan, bagi perempuan cerpenis asal Lampung dan menetap di Surabaya ini, pulang adalah kunci bagi menghimpun kenangan-kenangan (dan kerinduan) yang pernah tercecer semasa kanak-kanak. Di dalam kumpulan cerpennya ini, terkuak hal-hal yang saya terangkan itu, seperti cerpen yang memimpin cerita-cerita lainnya; Batu Serampok.
Sebagai perempuan Tita juga mengedepankan ihwal gender. Sejumlah cerita yang membicarakan lelaki terhimpun di sini, di samping dunia keperempuanan itu sendiri. Tentu sangat menarik, dan patut dibaca dan dihargai. Inilah perempuan cerpenis semasa remaja di Jalan Raden Intan Gang Tjindarbumi, Bandar Lampung.
~ Isbedy Stiawan ZS, sastrawan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar