Minggu, 22 Oktober 2017

Frieda Amran, Penulis Sejarah Lampung dari Bahasa Belanda

Oleh Imelda Astari



Frieda Amran | Imelda Astari/duajurai.co
BAGI sebagian orang membahas sejarah sangat membosankan. Tapi, bagi sebagian lainnya, mengorek sejarah menjadi sebuah kebutuhan, hal yang membuat ketagihan, hingga merasa hidup di dalamnya.

Adalah Frieda Agnani Amran, atau yang akrab disapa Frieda Amran. Ia merupakan penulis kelahiran Palembang, 21 Agustus 1959. Frieda belajar Antropologi di Universitas Indonesia dan Rijksuniversiteit Leiden negeri Belanda. Ia putri Prof Dr Amran Halim, seorang tokoh pendidikan dan tokoh budaya, guru besar Bahasa Indonesia yang pernah menjabat Rektor Universitas Sriwijaya.


Minggu, 15 Oktober 2017

Penulis Lampung harus Imbangi Buku Frieda Amran


Peluncuran dan Diskusi Lampung Tumbai. | Rikman/Fajar Sumatera
BANDARLAMPUNG — Para penulis di Lampung harus menulis juga mengenai wilayah ini untuk mengimbangi tulisan peneliti Belanda yang disadur Frieda Amran dalam rubrik Lappung Beni di Fajar Sumatera atau sebelumnya Lampung Tumbai di Lampung Post yang kemudian dihimpun dalam dua buku yang terbit 2015 dan 2017.

Antropolog Frieda Amran menegaskan hal itu saat peluncuran bukunya, Meniti Jejak Tumbai di Lampung: Zollinger, Kohler, PJ Veth–Lampung Tumbai 2015 di Pusat Dokumentasi Lampung (PDL) Jalan Imam Bonjol No. 28A Langkapura, Bandarlampung, Sabtu (14/10/2017).


Sabtu, 14 Oktober 2017

Diminta Jadi Ketua Satupena Lampung, Heri Wardoyo: Penulis Saya Kursuskan Bahasa Asing

Oleh Imelda Astari



Frieda Amran (duduk di tengah) meluncurkan buku, Sabtu, 14/10/2017. | Imelda Astari/duajurai.co
BANDAR LAMPUNG, duajurai.co – Wakil Bupati Tulangbawang Heri Wardoyo diminta menjadi Ketua Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Lampung. Bila menjadi ketua, mantan jurnalis itu akan mengirim penulis Lampung ke lembaga kursus bahasa asing.

“Kalau mereka (para penulis) mau faedahnya, bergabung di Satupena. Saya diminta untuk jadi ketua di Lampung,” kata Heri usai menghadiri peluncuran dan diskusi buku “Meniti Jejak Tumbai di Lampung: Zollinger, Kohler, dan PJ Veth -Lampung Tumbai 2015” karya Frieda Amran. Acara berlangsung di Pusat Dokumentasi Lampung (PDL), Rumah Ukir Lampung Agus Suprayoga, Jalan Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung, Sabtu, 14/10/2017.


Peluncuran Buku Frieda Amran, Nasir Tamara: Penulis Lampung Berkesempatan Go Internasional

Oleh Imelda Astari


Ketua Satupena Nasir Tamara | Imelda Astari/duajurai.co
BANDAR LAMPUNG, duajurai.co – Ketua Persatuan Penulis Indonesia (Satupena) Nasir Tamara mengatakan, penulis Lampung berpeluang besar untuk go nasional, bahkan go internasional. Kehadiran Satupena sebagai sebuah organisasi para penulis lintas genre bisa memberikan kesempatan bagi para penulis menerbitkan bukunya tanpa memikirkan sumber dana, dan persoalan lain-lain.

Hal itu disampaikan Nasir saat peluncuran dan diskusi buku “Meniti jejak Tumbai di Lampung: Zollinger, Kohler, dan PJ Veth -Lampung Tumbai 2015” karya Frieda Amran. Acara berlangsung di Pusat Dokumentasi Lampung (PDL), Rumah Ukir Lampung Agus Suprayoga, Jalan Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung, Sabtu, 14/10/2017.


Frieda Amran Luncurkan Buku Meniti Jejak Tumbai di Lampung

Oleh Imelda Astari


Frieda Amran (duduk di tengah) meluncurkan buku Sabtu, 14/10/2017. | Imelda Astari/duajurai.co
BANDAR LAMPUNG, duajurai.co – Frieda Amran meluncurkan bukunya “Meniti Jejak Tumbai di Lampung: Zollinger, Kohler, dan PJ Veth -Lampung Tumbai 2015”. Acara yang dibarengi dengan diskusi itu berlangsung di Pusat Dokumentasi Lampung (PDL), Rumah Ukir Lampung Agus Suprayoga, Jalan Imam Bonjol, Kemiling, Bandar Lampung, Sabtu, 14/10/2017.