Kamis, 26 Desember 2019

Aku dan Laut Indonesia


Judul: Aku dan Laut Indonesia
Penulis: Firda Athira Azis
Penerbit: Pustaka LABRAK & Firda Athira Foundation
Cetakan 1, Desember 2019
ISBN: 978-602-53166-9-6
Tebal: v + 33 hlm


GENERASI langgas memiliki kekuatan untuk mengakses dan menyebarkan informasi dengan cepat. Tak hanya itu, jumlah populasi mereka yang besar, yaitu sekitar 84 juta orang, merupakan kekuatan baru yang dapat membawa perubahan positif.

Sebagai sebuah negara yang memiliki komposisi laut sebesar 75%, upaya positif yang dilakukan oleh Firda Athira Azis untuk mempersuasi anak-anak Indonesia agar mencintau laut Indonesia merupakan suatu hal yang patut diapresiasi. Harapannya, dengan adanya buku ini semakin banyak remaja yang memiliki kepedulian terhadap laut Indonesia, serta tergugah hati mereka untuk mencintai dan menjaga biota laut Indonesia.

Selasa, 17 Desember 2019

FAF Luncurkan Buku Edukasi Tentang Laut di Wakatobi

Oleh Zairin Salampessy


Penulis dan Direktur Yayasan Firda Athira Foundation (FAF) Firda Athira Azis (kedua kiri), membubuhkan tanda tangan pada buku Aku dan Laut Indonesia, yang diluncurkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Falah Waetuno, Desa Patuno, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, Selasa (17/12/2019).(GATRA/Zairin Salampessy/ar)

Wakatobi, Gatra.com - Mata Siti Nur Maulia (10), berbinar-binar saat mendapatkan buku berjudul "Aku dan Laut Indonesia", yang baru saja diluncurkan di Madrasah Ibtidaiyah (MI) Nurul Falah Waetuno, Desa Patuno, Kecamatan Wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara Selasa (17/12/2019).

Selain Maulia, ada 164 anak lainnya di Wakatobi, yakni dari MI Nurul Falah, SD 1 Patuno SD 2 Patuno, SD Waelumu, mendapatkan buku yang ditulis Firda Athira Azis dan diterbitkan oleh Yayasan Firda Athira Foundation (FAF) ini.

"Saya suka sekali dengan bukunya. Gambar-gambarnya bagus dan ada pelajaran di buku ini. Ikan-ikan di buku ini juga ada di laut kami," ujar siswi kelas 6 SD Waelumu ini, kepada Gatra.com, saat dimintai komentar soal buku yang didesain dengan gaya animasi film-film kartun Hollywood, oleh Diecky Suprayogi, Bagus Saputro dan Dinda dari Dipadira Studio ini.

Kepada Gatra.com, Direktur dan Co-Founder FAF, Firda Athira Azis menuturkan, misinya menulis dan menerbitkan buku ini untuk mengajak anak-anak bersama-sama mencintai dan menjaga kelestarian laut di daerah mereka masing-masing.

"Sebagai generasi langgas (generasi milenial), saya berpikir bahwa sudah saatnya saya aktif memberikan edukasi pada anak-anak Indonesia, tentang mencintai laut Indonesia," ujar putri Kepala Kepolisian RI Jenderal Pol. Idham Azis, di sela-sela menandatangani buku yang diterbitkan FAF bersama Penerbit Pustaka LaBRAK ini.

Gadis kelas 3 sebuah SMA di Kota Jakarta, yang bercita-cita menjadi dokter dan punya kepedulian besar pada anak-anak ini, berharap para anak Indonesia peduli dan saling bahu-membahu menjaga laut di daerahnya masing-masing.

"Dengan menjaga laut Indonesia, berarti kita berkontribusi juga dalam menjaga kelestarian biota laut Indonesia yang sangat kaya," imbuh buah hati pasangan Drs. Idham Azis M.Si dan Fitri Idham S.K.M., yang aktif pada beragam kegiatan sosial dan kemanusiaan, termasuk bersama anak-anak di pesisir pantai ini.

Dia mengingatkan, begitu luasnya laut Indonesia, menjadikannya rumah besar bagi ribuan jenis biota laut.

"Ribuan biota laut itu, antara lain 2.057 spesies ikan terumbu karang, 120 spesies ikan hiu, 2 spesies Pari Manta dan 6 dari 7 spesies penyu laut yang ada di dunia," paparnya.

Pada kesempatan yang sama, Pendiri dan Pembina Firda Athira Foundation, Dwi Prihandini, menyebutkan bahwa generasi langgas memiliki kekuatan untuk mengakses informasi dan menyebarkan informasi dengan cepat.

"Tak hanya itu, jumlah populasi mereka yang cukup besar yaitu sekitar 84 juta orang, merupakan kekuatan baru yang dapat membawa perubahan positif," ujar Dwi yang juga adalah Inspirator Nasional Kementerian Pemberadayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPA) RI itu.

Menurut Dwi, sebagai sebuah negara yang memiliki komposisi laut sebesar 75%, upaya positif yang dilakukan oleh Firda Athira Azis untuk mempersuasi lewat kegiatan ini patut diapresiasi.

"Harapan saya, dengan adanya buku ini, semakin banyak remaja yang memiliki kepedulian terhadap laut Indonesia, dan semakin banyak anak Indonesia yang tergugah hatinya untuk mencintai laut Indonesia serta menjaga biota lautnya," ujar psikolog perdamaian, yang juga Direktur Clerry Cleffy Institute ini.

Dwi menyebutkan, pada acara peluncuran buku yang dikemas dengan suasana ceria dan menghibur bagi anak-anak ini, setiap undangan mendapatkan goody bag dari FAF yang isinya antara lain tas sekolah, tas kain blacu, satu (1) pak buku tulis (isi 10 buah), pouch, dan tumbler air minum.

"Kami sengaja memberikan tumbler air minum, dengan maksud mengedukasi anak-anak agar mengurangi penggunaan botol plastik air mineral. Sebab botol plastik bekas kemasan air mineral ikut menyumbang sampah pada pantai beberapa daerah di Indonesia. Semoga di Wakatobi tidak," harap Dwi.

Selain masing-masing murid dan kepala sekolah mendapatkan buku Aku dan Laut Indonesia, kepada keempat sekolah juga diberikan alat permainan Ular Tangga raksasa.


Sumber: Gatra.com | 17 Desember 2019

Sabtu, 06 Juli 2019

Festival Ngupi Pai

Oleh Rahmatul Ummah



RIBUAN manusia memadati jalan utama Pekon Gunungterang, Kecamatan Airhitam, Lampung Barat. Para pengunjung tersebut sengaja datang untuk menikmati kopi Lampung Barat dalam sebuah Festival Ngupi Pai (Minum Kopi Dulu).

Pekon Gunungterang sendiri adalah basis penghasil kopi terbesar di Lampung, selain Pekon Rigisjaya yang ada di Lampung Barat, Provinsi Lampung.


Ngupi Pai: Sesobek Kecil Ulun Lampung



Judul: Ngupi Pai: Sesobek Kecil Ulun Lampung
Penulis: Zulkarnain Zubairi
Penerbit: Pustaka LaBRAK
Cetakan: I, Juli 2019
ISBN: 978-602-53155-6-5
Tebal: xvi + 165 hlm

NgupiI pai. Ini bukan gaya hidup yang baru. Sebab, sedari doeloe orang Lampung memang lekat tradisi dengan kopi, mulai dari menanam, memanen, mengolah, menjual, termasuk menikmatinya.
.......
Ngupi pai, dengan begitu, urusan seruwet apa bisa terurai menjadi lebih terang. Ngupi pai, dengan itu, kita menjadi cerdas menyelesaikan berbagai masalah yang silih berganti datang  menerpa. Ngupi pai, dengan demikian, kita akan lebih serius dan fokus bekerja demi masa depan yang membentang, menjanjikan kedamaian, keindahan, dan kemegahan. Ngupi pai, dengannya, kita bisa menikmati hidup dan kehidupan yang terasa penuh dengan kebaikan dan kebajikan, sehingga kita tak merasa dunia ini hanya berisi orang-orang jahat, picik, iri-dengki, dan penyimpan dendam tak berkesudahan.
Tidak! Sebab, dengan ngupi pai, kita bisa membersihkan jiwa, hati, dan nurani kita yang terkontaminasi berbagai bentuk keburukan. Sebab, dengan ngupi pai; hasrat, niat, dan itikad bisa kita timbang-timbang lagi agar apa pun yang keluar dari kita, baik lisan, tulisan maupun tindakan bisa memberikan kemanfaatan bagi khalayak.
…..
Ngupi Pai: Sesobek Kecil Ulun Lampung ini menghimpun 101 kolom Zulkarnain Zubairi yang tercecer dalam rentang 2010—2019 melengkapi dua buku sebelumnya: Mamak Kenut: Orang Lampung Punya Celoteh (2012) dan Ke Negarabatin Mamak Kenut Kembali (2016).


Senin, 08 April 2019

Moka! Moka! Moka! Menelanjangi Pembaca

Oleh Giorgio Babo Moggi
"Betapa pun banyaknya kata-kata yang telah dituangkan dalam lembaran-lembaran aneh ini, ternyata itu tak cukup membayar berjuta makna soal dalamnya sebuah persahabatan. Buku ini boleh selesai dibaca, matahari boleh berhenti menyala, bumi boleh meledak dan hancur berkeping-keping, jarum jam boleh berhenti berputar, Amerika Serikat boleh menguasai dunia, Indonesia boleh bebas dari korupsi dan Isrofil boleh meniupkan seruling kiamat tetapi persahabatan tak akan bisa diputus oleh segala sesuatu yang mengerikan itu."

Sedikit orang yang mau menulis kisah kehidupan semasa kuliahnya. Kehidupan itu meliputi dalam dan luar kampus. Rajutan kisah dirinya dengan dosen, mahasiswa atau masyarakat sekitarnya.

Jumat, 01 Maret 2019

Moka! Moka! Moka!


Judul: Moka! Moka! Moka!
Penulis: Budiyanto Dwi Prasetro
Penerbit: Pustaka LaBRAK
Cetakan: I, Maret 2019
Tebal: xii + 83 hlm
ISBN: 978-602-74519-9-5

"Moka... Moka... Moka...!" terdengar suara kondektur bus berteriak dengan tidak merdunya.

Saya pun berdiri. Hendak turun. Karena langsing, saya dengan mudah sampai di luar bus. Tapi, kamu kok enggak nongol-nongol. Di antara penumpang yang keluar dari Bus Damri, enggak ada kamu di situ.

Olala! Ternyata kamu masih di bangku bus. Enggak bisa tersangkut celah bangku yang memang sempit itu. Wah, harus ada pertolongan nih. Tadinya saya mau telepon klinik kecantikan, mau sedot lemak hehee, tapi saya mikir-mikir lagi. Kamu kan udah gede. Secara umur dan secara fisik. Hihihii. Akhirnya saya memutuskan untuk ketawa sepuasnya dari luar bus.

Rabu, 27 Februari 2019

Buyback Buku

Oleh Muhammad Ma'ruf


INI agak ganjil. Tapi saya ingin mengungkapkannya. Insya Allah tujuannya baik, untuk mengapresiasi teman teman yang akan, baru, sedang dan telah menulis buku pertamanya. Saya niatnya itu.

Saya pada akhirnya harus menyerah, membeli buku bekas yang pernah saya tulis dan diterbitkan Hikmah-Mizan sembilan tahun lalu, Januari 2010. Ya aneh bukan, membeli buku sendiri karena saya memang tak punya fisiknya, satupun. Buku versi cetak sudah diskontinu, yang masih ada hanya versi digital di gramedia.com dan copy ilegal di beberapa olshop.