Puncak Gunung Pesagi, titik tertinggi di Provinsi Lampung. - Instagram@mrnapr |
Bupati Lambar Parosil Mabsus mengapresiasi buku yang diterbitkan Pustaka LaBrak dan Forum Literasi Lampung Barat (FLLB) ini.
"Buku ini wujud dari penerapan nilai-nilai Beguai Jejama [bekerja bersama] dalam berliterasi di Lambar. FLLB menangkap dan mengisi ruang tersebut guna membatu pemerintah mewujudkan cita-cita bersama pendidikan hebat ala PM 'Lambar Kabupaten Literasi'," kata Parosil sebagaimana siaran pers yang diterima Bisnis.com pada Minggu (29/4/2018).
Untuk itu mempercepat proses ke arah itu, dia mengemukakan Pemkab Lambar telah melahirkan Peraturan Bupati Literasi yang kelak menjadi panduan dalam mewujudkan hal tersebut.
"Harapan saya, ke depan, dinas, legislatif, dan semua pihak terkait wajib menjadikan literasi sebagai agenda kerja. Kami memulai hal tersebut dengan pencanangan Lambar kabupaten literasi dan menjadikan donasi buku sebagai agenda rutin Bupati beserta jajaran," ujarnya.
Menurut Parosil, buah dari penerapan nilai-nilai Beguai Jejama dalam berliterasi mulai terlihat. Berkembangnya wacana dan hidupnya diskusi mengenai literasi di tatanan rakyat, munculnya berbagai macam kelembagaan literasi (komunitas, organisasi, dan lain-lain), pelaksanaan berbagai kegiatan literasi dan peresmian fasilitas atau taman baca di sejumlah tempat menjadi bukti nyata dialektika kemajuan literasi Lambar.
Sastrawan Udo Z. Karzi menjelaskan buku Sepotong Surga di Kaki Pesagi yang ia sunting berasal dari Lomba Menulis Pesona Lampung Barat yang diselenggarakan FLLB yang dimenangi Christian Heru Cahyo Saputro dengan karyanya, Serpihan Surga di Bumi Beguai Jejama.
Pemenang kedua direbut Mahdalena dengan karya Koralaba Menembus Asa. Lalu, Ande Larista Simatupang dengan judul karya The Name is Hamtebiu Not ‘Hantu’biu menjadi juara ketiga.
Adapun juara harapan 1, 2, dan 3 berturut-turut diraih Renzi Saputra dengan karya Nyambai: Seni Pertunjukan Kerakyatan di Bumi Sekala Brak, Asis Budi Santoso dengan Menggagas Konsep Agrowisata Lampung Barat, dan Eni Muslihah dengan karya Senja di Kebun Raya Liwa hingga Nyeruput Kopi Luwak.
"Enam pemenang ini kemudian ditambah dengan 20 karya terpilih yang dihimpun dalam buku ini. Meskipun tulisan tak bisa menggambarkan seluruh realitas keindahan Bumi Sekala Brak, paling tidak dengan membaca buku ini, bisa memberikan gambaran yang lebih baik tentang pesona 'surga' bernama Lampung Barat," ujar Udo.
Memang, kata penulis kelahiran Liwa ini, banyak juga yang luput dari bahasan dalam buku ini. Misalnya, Gunung Pesagi (ada juga yang menyebutnya Bukit Pesagi). Gunung tertinggi di Lampung, yaitu 2.262 m (mdpl) yang sejatinya menjadi salah satu ikon Lampung Barat, masih menyimpan kisah dan misteri.
Menurut dia, Liwa sang ibu kota Lampung Barat, yang layaknya menjadi pintu gerbang saat hendak menelusuri sekujur wilayah Bumi Beguai Jejama, juga menyimpan banyak legenda dan kenangan.
Begitu juga, tambah dia, beberapa situs dan prasasti peninggalan purbakala, misalnya Prasasti Hujung Langit, Prasasti Tanjung Raya I, Prasasti Tanjung Raya II, situs Batubrak, situs Istana Tapaksiring, dll yang masih perlu diungkap lebih dalam lagi.
Sedangkan Ketua FLLB Donna Sorenty Moza menjelaskan sejalan dengan tekad Bupati Parosil Mabsus untuk mewujudkan Lambar sebagai kabupaten literasi, pihaknya terus bergiat menyelenggarakan berbagai kegiatan antara lain menyelenggarakan kegiatan literasi, donor buku, Pekan Literasi Lambar, Lomba Menulis Pesona Lambar, dan penerbitan buku ini.
"Buku Sepotong Surga di Kaki Pesagi akan kami launching di hari kedua Jambore Literasi se-Lampung di GOR Ajisaka, Liwa, 2 Mei nanti," ujarnya. []
Sumber: http://kabar24.bisnis.com, 29 April 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar