Jumat, 27 Mei 2016

Pengetahuan

Oleh Wandi Barboy
BUKU Bung Karno Penjambung Lidah Rakjat Indonesia (1966) karangan wartawati Amerika Serikat Cindy Adams, yang dialihbahasakan Major Abdul Bar Salim itu tertera sebaris kata dari Alkitab, tepatnya Surat Amsal Solaiman 16:22.

Dalam lembaran yang menguning seiring usia buku yang menua itu, Raja Sulaiman (Salomo, Kristen) menegaskan bahwa "Pengetahuan itu mendjadi suatu mata air selamat kepada orang jang mempunjai dia." Titik. Hanya sampai di situ.

Saya tertarik ingin membuka kelanjutan Amsal dari Raja Sulaiman tersebut. Dan tahukah saudara, saya cukup beruntung karena memiliki dua Alkitab (berisi Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru) dari terbitan Lembaga Alkitab Indonesia (LAI) versi 1970 yang menggunakan ejaan Soewandi dan Alkitab berdasarkan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) yang terus dipakai hingga kini.

Dari Ejaan Soewandi dengan ciri khas “Dj” yang dikemudian hari luruh jadi “j”, selanjutnya “nja” diubah menjadi “nya”, lalu “oe” jadi “u”(seperti Soekarno jadi Sukarno) dan lain sebagainya itu dapat diketahui kelanjutan dari nasihat Raja Sulaiman di atas adalah "Tetapi pengadjaran orang bodoh ia itu kebodohan djuga."

Sedang dari Alkitab versi EYD Amsal 16:22 tertera "Akal budi adalah sumber kehidupan bagi yang mempunyainya, tetapi siksaan bagi orang bodoh ialah kebodohannya." Kedua versi itu secara eksplisit tentu saja berbeda dari penulisan maupun gaya berbahasa. Tetapi, maknanya tidaklah berbeda.

Dalam catatan singkat ini, saya juga tidak bermaksud membahas perbedaan kedua ejaan itu. Saya hanya ingin menekankan pada bidang "pengetahuan”. Di benak saya terlintas mengapa dari begitu banyak ungkapan, nasihat, perumpamaan, dan lain-lainya dalam Alkitab, Soekarno hanya ingin mengutip Amsal 16:22(baca: Fatsal atau Pasal 16 Ayat 22)?

Saya menduga sendiri. Barangkali karena Soekarno adalah orang yang sangat respek dan menghormati pengetahuan. Itu sebabnya pemikiran besarnya tidak pernah lekang di makan zaman. Soekarno seorang ideolog terbesar di masanya.

Pengetahuan yang berasal dari kata "tahu" itu jika ditilik dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi online diartikan sebagai: segala sesuatu yang diketahui; kepandaian. Pengetahuan itu tidak terbatas dan bisa didapatkan dengan berbagai cara. Hal ihwal apa pun dalam kehidupan ini dapat menjadi pengetahuan. Salah satu cara sederhana memperluas dan menambah pengetahuan adalah dengan membaca buku. Buku apa saja dibaca untuk terus mengembangkan pengetahuan.

Hari ini yang terjadi justru pengetahuan dibatasi negara dengan dalih buku-buku kiri yang tidak sesuai ideologi bangsa. Negeri ini harus "bangun" dari tidur panjangnya. Jika terus berkutat dan mempermasalahkan buku yang kiri maupun kanan bahkan tengah-tengah (jika memang ada), tentulah persoalan mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tugas pemerintah itu akhirnya menjadi tidak pernah berhasil dituntaskan.

Ini hanya contoh kecil dari kompleksitas masalah bangsa yang melanda negeri. Buku adalah jendela dunia. Sebab itu, jangan dibatas-batasi agar masyarakat tidak tersiksa oleh kebodohan yang kontinu. Semoga. n

Wandi Barboy, wartawan Lampung Post


~ dimuat di Setitik Air, Lampung Post, Jumat, 27 Mei 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar