TEMU ALUMNI TEKNOKRA. Dari kiri ke kanan: Hersubeno Arief, Mohamad Ridwan, Ari Beni Santoso, Budisantoso Budiman, dan Malatisnoh. |
Demikian salah satu pemikiran yang mencuat dalam temu alumni Surat Kabar Mahasisa (SKM) Teknokra Universitas Lampung (Unila) di Jakarta, Sabtu (5/6/2010) malam.
Selain karena kegigihan dari mahasiswa untuk mempertahankan eksistensi penerbitannya, pers mahasiswa--terutama Teknokra--tetap bisa bertahan di usia 33 tahun karena peran pimpinan perguruan tinggi tersebut. SKM Teknokra adalah satu dari sebagian kecil pers mahasiswa yang bisa bertahan, meskipun pemerintah berganti.
Temu alumni juga diisi dengan bedah buku Teknokra, Jejak Langkah Pers Mahasiswa. Pertemuan menghasilkan kesepakatan untuk membentuk kepengurusan alumni.
Persatuan alumni itu tidak hanya sebagai sebuah forum informal untuk kegiatan yang bersifat sosial atau silaturahmi, tetapi di masa mendatang juga berpeluang untuk mendirikan badan usaha.
Hadir dalam pertemuan ini puluhan alumni SKM Teknokra yang tersebar di berbagai media masaa Ibukota, antara lain, Machsus Thamrin Hidayat (Anteve), M Ridwan (Seputar Indonesia), Budisantoso Budiman (Kepala Biro ANTARA Palembang), Syahran W Lubis (Bisnis Indonesia), Anton Bachtiar Rifai (SCTV) serta Riza Harahap (ANTARA Jakarta).
Machsus Thamrin mengemukakan, tempaan pengalaman mengelola surat kabar di kampus menjadi modal penting bagi aktivis surat kabar mahasiswa untuk lebih mudah memperoleh kesempatan bekerja setelah menempuh pendidikan tinggi.
Dia mengatakan, untuk menjadi wartawan (apalagi di zaman sekarang), tidak mutlak berlatar belakang pendidikan atau pengalaman jurnalistik. Namun alumni perguruan tinggi yang memiliki pengalaman mengolla surat kabar di kampus, tentu lebih siap mengisi peluang pekerjaan di bdiang pers.
Dengan dasar pengalaman yang dimiliki, perekrutan terhadap alumni surat kabar kampus, akan lebih efisien karena dengan pemahaman dan pengetahuan serta pengalamannya, maka pelatihan untuk menghadapi pekerjaan yang sesungguhnya di dunia industri pers nasional, dapat lebih efisien.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua alumni pers mahasiswa meneruskan kiprahnya di industri pers. Alumni dihadapkan pada pilihan-pilihan peluang atau minat pekerjaan.
Itulah sebabnya, kata mantan Pemimpin Redaksi SKM Teknokra Hersubeno Arief, alumni penerbitan kampus tersebut kemudian tersebar di berbagai bidang usaha.
Hersubeno, misalnya, semula bekerja di Majalah Editor (yang dibredel Orde Baru bersama Majalah Tempo dan Tabloid Detik), kemudian di Metrotv dan kini mendirikan konsultan media "Alta Communication".
Banyak tokoh yang berlatar belakang aktivis pers mahasiswa dan beberapa orang yang berjasa mengembangkan dan mempertahankan eksistensi pers mahasiswa di era paling sulit (di zaman Orde Baru), antara lain, Agusman Effendy (Sekjen Ikatan Pers Mahasiswa Indonesia dan anggota DPR RI dua periode), Eddy Rifai (mantan Pemimpin Umum SKM Teknokra) dan Rektor Unila Muhajir Utomo.
Sumber: Antara, Minggu, 6 Juni 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar