Judul : Teknokra, Jejak Langkah Pers Mahasiswa
Editor : Budisantoso Budiman dan Udo Z. Karzi
Penerbit : Teknokra, 2010
Tebal : xvii + 325 hlm
PERS mahasiswa banyak memberikan sumbangan dalam perjalanan bangsa ini. Termasuk sumbangsih mempersiapkan sumber daya manusia bagi dunia pers Indonesia.
Tapi, mencari buku tentang sejarah pers Indonesia, sungguh sulit. Karena tak banyak buku yang mengulasnya.
Dalam perpustakaan Indonesia, hanya ada beberapa buku tentang pers mahasiswa. Di antaraya adalah buku yang ditulis Amir Effendi Siregar mantan aktivis pers mahasiswa: Pers Mahasiswa Indonesia: Patah Tumbuh HilangI, terbit 1983.
Buku ini menjadi referensi wajib setiap aktivis pers mahasiswa di negeri ini. Sepertinya belum sah mengaku menjadi aktivis pers mahasiswa kalau belum membaca buku ini.
Buku lainnya, Politik dan Ideologi Mahasiswa, ditulis Francois Raillon. Buku yang diterbitkan LP3ES pada 1985 menyinggung pers mahasiswa, Mahasiswa INdonesia, dalam satu bab.
Masih ada dua buku lagi yang ditulis mantan aktivis pers mahasiswa dari Universitas Gajah Mada (UGM), Ana Nadya Abrar, pada 1992. Judulnya Pers Mahasiswa: Permasalahan dan Operasionalisasinya.
Serta buku berjudul Perlawanan Pers Mahasiswa Protes Sepanjang NKK/BKK, pada 1998, yang ditulis Didik Supriyanto, mantan pemred Balairung.
Setelah itu nyaris tak ada lagi buku tentang pers mahasiswa yang terbit dan beredar luas di toko buku seluruh Indonesia. Setelah lama vakum, pada Maret 2010 terbit lagi sebuah buku pers mahasiswa. Judulnya Majalah Teknokra, Jejak Langkah Pers Mahasiswa.
Buku ini diterbitkan Lembaga Pers Mahasiswa Teknokra, Universitas Lampung (Unila). Isinya merupakan bagian dari catatan perjalanan selama 33 tahun Teknokra.
Buku ini tidak hanya mengupas romantisme mahasiswa yang mengusung idealisme sebagai senjata utama aktivis mahasiswa. Dalam buku ini terungkap bagaimana masalah klasik yang dihadapi pers mahasiswa; masalah manajemen, termasuk masalah pendanaan, dan masalah kaderisasi. Buku ini mengajarkan bagaimana sebuah pers atau penerbitan mahasiswa tidak harus mati karena terjadi regenerasi di dalam tubuhnya.
maspril aries
Sumber: Republika, Minggu, 18 April 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar