Novel Negarabatin karya Udo Z Karzi dan Buku Puisi Sekekejungngi Pesiser Sememanjangni Angangon karya Elly Dharmawanti dan SW Teofani. |
Ketua Panitia Peluncuran Buku Indra Saputra menambahkan, buku Sekekejungni Pesisir Sememanjangni Angangon karya Elly Dharmawanti dan SW Teofani serta novel Negarabatin karya Udo Z Karzi sangat tepat dibaca pelajar di Pesisir Barat. "Kedua buku selain menggunakan bahasa Lampung yang masih hidup di daerah kami, juga memuat potensi daerah kami dalam bidang pariwisata dan budaya lokal," kata Ketua OSIS SMAN 1 Pesisr Barat ini.
Oleh karena itu, kata Indra, panitia akan juga mengundang dan diharapkan hadir Bupati Pesisir Barat, Kepala Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pariwisata, Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS), dan sai batin 16 Marga di Pesisir Barat.
Kepala SMAN 1 Pesisir Tengah Hendra Efendi menyatakan bangga dengan keberadaan penulis di daerahnya. "Saya suka membaca buku Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon karena memuat tempat-tempat yang saya kenal dan kini dikenal sebagai destinasi wisata di Pesbar. Buku ini sangat mendukung pengembangan pariwisata di daerah ini," ujarnya.
Begitu pula dengan Ketua MKKS SMA Pesisir Barat Putrawan Jayaningrat yang menyebutkan kedua buku berbahasa Lampung ini sangat penting keberadaan untuk menunjang pengajaran bahasa dan sastra Lampung. "Buku-buku berbahasa Lampung akan sangat membantu siswa dalam belajar bahasa Lampung. Saya setuju jika buku-buku bacaan bahasa semacam ini diperbanyak dan disebarkan ke sekolah-sekolah," kata dia.
Novel Negarabatin karya Udo Z Karzi berkisah tentang rindu-dendam Uyung, tokoh utamanya terhadap kampung halamannya, Negarabatin. Novel setebal 200 halaman ini ber-setting alam perdesaan di Liwa, Lampung Barat tahun 1970-1986. Di dalamnay tergambar bagaimana Uyung mencoba pernah berkali hilang dan mencoba lari dari pekonnya, tetapi berkali-kali pula karena adanya ikatan batin yang begitu kuat, ia kembali pulang ke desanya itu.
"Sakik nihan atiku jama pekonku tenggalan. Kidang, aga repa kidah. Senyuwoh-nyowohni nyak jama Negarabatin, pagun mak nihan dapok kik aga titokko (Sakit benar hati terhadap kampungku sendiri. Tapi, bagaimana pula. Seberapa bencinya aku dengan Negarabatin, tetap tak mungkin jika hendak dibuang)," begitu kata tokoh utama di novel tersebut.
Sedangkan Sekekejungni Pesiser Sememanjangni Angangon berisi sajak-sajak Elly Dharmawanti dan SW Teofani yang berlatar tempat di Kabupaten Pesisir Barat. Elly memungut syair dari banyak tempat di sepanjang pantai Pesisir Barat seperti dapat disimak pada judul-judul sajaknya Tenumbang, Labuhan Jukung, Tanjung Setia, Kuala Stabas, Slalau, dan Pahmung. Begitu juga dengan SW Teofani yang menulis sajak menyebutkan tempat-tempat seperti Pasar Krui, Repong Damar, Pesisir Tengah, Canguk, Sepapa, Ranau, Way Haru, dan Pahmungan.
Seperti SW Teofani, Elly juga mengungkapkan berbagai perasaan, rindu, mimpi, ingagatan, dan angan-angan. (rls/ade)
Sumber: Radar Lampung, Rabu, 11 Januari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar